Juwairiyah Binti Harits


Bismillah, Assalamu’alaykum wr.wb
Good Readers! ketemu lagi pekan ini. Semoga Allah selalu jaga kamu, dimudahkan urusannya dan diberi kelancaran rezeki, ya. insyaaAllah. Kita luangkan sejenak untuk mendoakan saudara kita di dalam negeri yang tertimpa musibah dan di negara bagian lain di bumi Allah. Semoga Allah angkat musibah yang ada dan Allah beri kelapangan batin. Allahumma aamiin.


Well, masih dalam serinya Ummahatul Mu’minin, kali ini kita akan kenalan sama umi kita yang sangat ceria (mungkin tipe kepribadian beliau sanguinis kali ya 🤭 jago bercanda juga, periang dan menyenangkan lah. Saya mengutip ini dari testimoninya Sayyidah Aisyah. Jadi untuk akhwaters fillah yang periang, suka bercanda bisa nih ngejadiin umi kita yang satu ini sebagai role model atau panutan.


Secara nasab Sayyidah Juwairiyah adalah anak dari pemimpin Bani Muthaliq yang bernama Harits bin Abu Dhirar. Beliau lahir 14 tahun sebelum hijrah. Ok kita bedah kuy selisih usianya sama Rasulullah.


Rasulullah itu di Makkah selama 13 tahun dan setelahnya hijrah (masuk ke periode atau fase Madinah). Sedangkan beliau diangkat menjadi Rasul di usia 40 tahun. Jadi usia Rasulullah ketika Hijrah ke Madinah kurang lebih 53 tahun. Berarti beda usia Sayyidah Juwairiyah dengan Rasulullah adalah 39 tahun ya gais.


Rasulullah terlibat perang dengan Bani Musthaliq tahun 5 hijriyah yang berarti usia beliau 58 tahun. setelahnya beliau menikahi Sayyidah Juwairiyah. Jadi Sayyidah Juwairiyah menikah dengan Rasulullah kurang lebih di usianya yang ke-19. Tapi memang dulu budayanya itu menikah di usia muda. Karena tidak ada jenjang sekolah seperti sekarang.


Ya kalau pakai takaran sekolah formal wajib 12 tahun mah usia 19 tahun baru kuliah kali. Tapi disini Sayyidah Juwairiyah sebelum menikah dengan Rasulullah juga sudah pernah menikah. Kita pahami perbedaan budaya dulu dan sekarang ya. Supaya tidak membandingkan yang tidak relevan dan jadi salah paham, hehe.


Suami pertama Sayyidah Juwairiyah adalah Musafi’ Bin Shafwan, lelaki kaya dan terpandang di kaumnya. Sama seperti sayyidah Juwairiyah yang secara nasab sudah agung karena anak dari pemimpin kaum. Seperti anak kepala suku. Atau anak presiden di negaranya lah ya. Pokonya anak pimpinan nomor satu di Bani Musthaliq.


Dari perawakan, beliau itu menawan, cantik dan menyenangkan. Makanya Sayyidah Aisyah tidak suka pertama kali melihat beliau. Karena cemburu saat beliau ingin menemui Rasulullah. 😂


Yuk langsung kita simak beberapa fakta menarik dari Sayyidah Juwairiyah


Menjadi Tawanan Perang Rasulullah

Dulu setelah Rasulullah menegakkan pondasi Islam di Negara Madinah (buat piagam Madinah atau Undang-Undang kenegaraan dan mempersaudarakan Muslim Muhajirin dan Anshar –ini sering kita sebut taakhi-taukhti nih kalau di sekolah dan di kampus, hehe –). Rasulullah pun mulai menyebarkan agama ke luar daerah dan sekitar Madinah. Bani Musthaliq adalah salah satunya.


Harits (bapak Sayyidah Juwairiyah) yang mengetahui serentetan kemenangan kaum muslimin ketika itu merasa insecure kalau terus diam tanpa tindakan. Pilihannya dua. Menyerahkan diri dan tunduk dalam Islam atau memerangi. Namun Harits lebih memilih memerangi Rasulullah. Dengan semangat, Harits memboyong dan mengajak koalisi sekutu-sekutu serta orang-orang yang simpati padanya untuk memerangi Rasulullah.


Terkumpullah satu pasukan Bani Musthaliq. Rasulullah yang mendengar kabar ini mengonfirmasi dengan mengirim utusan dari Madinah untuk menemui Harits. Terkonfirmasilah bahwa memang Harits berniat menyerang, sudah menyiapkan pasukan maupun perbekalan.


Rasulullah juga bersiap-siap meladeni “inisiatif” Harits. Mata-mata Harits yang tertangkap dibunuh oleh pasukan muslimin, sehingga tindakan ini menggentarkan hatinya dan mulai timbul rasa takut.


Biasanya saat perang Rasulullah menempatkan diri beliau dan sahabat di lokasi yang strategis. Misalnya dekat dengan sumber air, tanahnya datar atau posisi beliau dekat dengan jalan keluar atau dapat mengepung musuh. Keren deh pokonya strategi perang rasulullah, ditambah yang bikin keren lagi itu aturan saklek yang ga ngebolehin nyakitin perempuan, orang tua dan anak-anak, nyakitin ya gais catet. Iya nyakitin aja ga boleh, apalagi sampai membunuh. Terus ga boleh merusak kearifan lokal kaya tumbuhannya.


Kecuali di salah satu peperangan dengan orang Yahudi. Karena pohon itu sengaja dijadiin tempat sembunyi dan buat memanah/ melempar batu ke pasukan muslimin. Jadi sebagai strategi perang, membuka lahan tersebut adalah pilihan terbaik untuk menyelamatkan pasukan. Jadi diperbolehkan sebagai pengecualian. Nanti kita ketemu case ini di kisahnya Ummul Mu’minin yang lain ya. Siapa sih ? tungguin ajaa sampe masuk ke serinya hehe. Clue nya udah ada kalo mau nebak duluan bisa tuh.


Rasulullah berhenti di Muraisi’ (nama mata air di Bani Musthaliq), lalu menyerahkan panji ke dua perwakilan. Abu Bakar dari pihak Muhajirin dan Sa’ad bin Ubadah dari Anshar. Bani Musthaliq menyerang duluan. Lalu dirabat oleh Rasulullah dan sahabat dengan serangan serentak.


Bani Musthaliq kocar-kacir, diliputi ketakutan. Akhirnya semua harta, perbekalan, anak, perempuan dan orang tua ditawan. Termasuk di dalamnya adalah Sayyidah Juwairiyah. Suami beliau yang semangat memerangi Rasulullah meninggal dalam peperangan dalam statusnya yang kafir.

 

Mencicil Kemerdekaan Dirinya

Setelah menjadi tawanan perang, Sayyidah Juwairiyah berada di bawah penguasaan Tsabit bin Qais. Karena sebelumnya beliau adalah orang merdeka dan berkedudukan tinggi di tengah kaumnya, maka beliau tidak rela dengan statusnya yang di bawah penguasaan orang. Akhirnya beliau mencicil dalam jumlah tertentu sampai dirinya bisa dibebaskan.


Jadi misalnya kita jadi budak atau ditawan atau dalam penguasaan seseorang. Kita punya hak untuk merdeka, tapi harus menebus dengan nominal tertentu. Makanya dulu ada jual-beli budak. Ada kesepakatan antar yang punya budak dengan orang lain. ini dulu ya. Sekarang udah ga berlaku. Ada sih, praktiknya. Tapi ILEGAL. See, there still exist Human Trafficking in this world, even in 4.0 era.


Ga bisa dipungkirin kan. Masih ada perdagangan manusia ? lebih jahat sih dari yang dulu. Ketauan kalo dulu masih sah-sah aja. Nah ini ibaratnya udah diharamin sama semua orang, mau muslim mau agama lain. Tapi masih aja dilakuin. Jahat wey.


Ada juga opsi lain dengan menebus dirinya sendiri kepada majikannya atau kepada orang yang menaunginya sampai pada nominal tertentu. Kalau sudah tercapai, ya bebas. Merdeka.


Demikian halnya Sayyidah Juwairiyah. Beliau mencicil kemerdekaannya. Namun pada cicilan tertentu beliau sudah tidak sanggup bayar. Akhirnya beliau menyambangi Rasulullah untuk minta diberi pinjaman atau dibantu bayar.


Nah disini nih Sayyidah Aisyah ngeliat Sayyidah Juwairiyah dari balik jendela wkwk. Beliau ngeliat gimana perawakan Sayyidah Juwairiyah secara langsung. Cantik, menawan dan menyenangkan intinya. Perasaan Sayyidah Aisyah pun mulai ga enak karena tau pasti Rasulullah sependapat dengan apa yang dilihat Sayyidah Aisyah dan tertarik pada Sayyidah Juwairiyah. Akhirnya bener sih, Rasulullah menikahi Sayyidah Juwairiyah kan. The power of insting perempuan haha debest.


Tapi yang harus kita inget gais, Rasulullah menikah bukan karena kehendak beliau sendiri. Pasti perintah Allah atau ada tujuan besarnya. Misalnya, karena posisi Sayyidah Juwairiyah yang tinggi di mata kaumnya, dihormati, punya pengikut (kaya influencer atau selebgram gitu lah) makanya punya kekuatan tersendiri. Bisa mempengaruhi. Ibaratnya kalau ketua geng atau pentolannya bisa masuk Islam, secara otomatis pengikutnya juga akan follow.


Setelah Sayyidah Juwairiyah menyampaikan hajat minta bantuan untuk bayar pokok utang buat nebus dirinya, Rasulullah pun bersedia. Namun terms & condition nya lebih baik. Ga Cuma dibayarin, tapi Rasulullah juga meminang Sayyidah Juwairiyah.


Secara ekonomis ini sangat menguntungkan. Ibaratnya utangnya dibayar, kebutuhannya kedepan ditanggung. Ditambah secara ukhrowis surga terjamin yekan. Jadi ibu bagi seluruh orang-orang beriman juga. Dah itu mah keuntungan +++. Sayyidah Juwairiyah menerima tawaran sekaligus pinangan Rasulullah saw sehingga berubah statuslah beliau jadi istri nabi, ahlul bait dan Ummul Mu’minin sekaligus. MaasyaaAllah Tabarakallah.

 

Berkah Bagi 700 Kaumnya yang Dibebaskan Dari Tawanan Perang

Wait, wait, keberkahannya ga cuma sampe dikeuntungan pribadi Sayyidah Juwairiyah loh. Jadi, pascaperang jumlah tawanan dari Bani Musthaliq itu mencapai 700-an orang. Dengan menikahnya Sayyidah Juwairiyah dan Rasulullah, maka Bani Musthaliq secara status kekeluargaan menjadi besan Rasullah dan secara politik menjadi sekutu dakwah.


Seluruh tawanan akhirnya dilepaskan. Makanya kenapa Sayyidah Aisyah menuturkan kalau masuknya Sayyidah Juwairiyah ke dalam Islam membawa berkah yang sangat besar kepada kaumnya. Belum pernah Sayyidah Aisyah melihat yang seperti ini.

 

Larangan Berpuasa Hari Jumat

Untuk perkara ibadah dan ketaqwaan, levelnya istri Rasulullah saw mah gausah dipertanyakan. Puqul rata semuanya suka solat, qiyamul lail, puasa dan sedekah. Termasuk Sayyidah Juwairiyah. Pernah di suatu Jumat saat Rasulullah dateng, Sayyidah Juwairiyah lagi shaum. Ditanya deh. Kok Shaum hari Jumat. Emang hari sebelumnya puasa ? dijawab engga. Terus kata Rasulullah “besoknya mau puasa apa engga”. Dijawab lagi ngga. Akhirnya disuruh buka puasa.


Gitu gais. Jadi kalau mau shaum atau puasa di hari Jumat, harus ada hari pengiringnya ya. Misal Kamis sama Jumat atau Jumat sama Sabtu. Pokonya ngga boleh puasa di hari Jumatnya doang. Salah satu alasannya adalah karena hari Jumat itu seperti Hari Raya bagi orang muslim. Ada juga sunnah-sunnah lain yang dianjurkan untuk dikerjakan tapi gabisa dilakukan ketika berpuasa. Kita bisa tahu ini lewat perantara Sayyidah Juwairiyah. Rahimahullahu ‘anha.

 

Dzikir dan Sholat dari Pagi Sampe Siang

Lewat poin ini kita juga jadi tahu gimana kemuliaan dan hubungan antara Sayyidah Juwairiyah ke Allah. Pernah Rasulullah dateng pagi-pagi ke rumah Sayyidah Juwairiyah. Ketika itu Sayyidah Juwairiyah lagi solat. Entah abis subuh atau lagi dhuhaan. Ga lama Rasulullah pergi. Dateng lagi di pertengahan siang. Tapi Sayyidah Juwairiyah masih dalam posisi duduk, solat dan dzikir tanpa jeda.


MaasyaaAllah. Kebayang ? bisa dites nih. Ambil rata-rata, paginya jam 7 dulu ya. Duduk terus deh, dhuhaan, dzikir, solat hajat dan lainnya non-stop sampe dzuhur. Sanggup ? atau abis subuh jangan berenti, untuk solat syuruq, solat dhuha, solat hajat dan dzikir. Bisa ? wkwk nah inilah kebiasaannya Sayyidah Juwairiyah. Kuat men. Beda sama kita yang dua rokaat subuh aja bacanya triqul. Kalo ngga Al-ikhlas, Al-Falaq, ya An-Nas. Haha. Eh maap, kita ? kamu kali .. wkwk kidding ya brur-sist.


Sampe akhirnya di tengah siang itu Rasulullah sudah konfirmasi kalau memang dari pagi yang Rasulullah dateng pertama Sayyidah Juwairiyah belum beranjak sama sekali dari tempat solatnya. Akhirnya Rasulullah nyampein ke Sayyidah Juwairiyah yang intinya, mau tau ngga ada pahala yang setara, bahkan lebih berat pahalanya dari ibadah beliau pagi sampe siang ini.


Cukup dengan baca “Subhanallah ‘adada khalqihi (Maha suci Allah sebanyak bilangan makhluk-Nya), Subhanallah ridha’a nafsihi (Maha suci Allah sebanyak keridhoan-Nya), Subhanallah midaada kalimatihi (Maha suci Allah sebanyak tinta kalimat-kalimat-Nya)”.


Ada di Al-Ma’tsurat nih gais. Baca tiap pagi dan petang tiga kali yaa kalau mau ngerasain pahala kaya Sayyidah Juwairiyah tanpa harus duduk dari abis subuh sampe dzuhur. Hehe. Skuy.


Sayyidah Juwairiyah berumur panjang sampai 70 tahun dan sampai pada pemerintahan setelah Khulafaur Rasyidin, yaitu Khilafah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Allah menakdirkan beliau di dunia sampai bulan Rabi’ul Awwal 50 Hijriah. Beliau dimakamkan di Baqi’ bersama ahlul bait lainnya.


Banyak banget ilmu yang kita dapet lewat perantara beliau. Semoga Allah selalu merahmati Sayyidah Juwairiyah. Semoga kita juga dapat meneladani ketaatan, kebaikan dan keceriaan beliau ya. Allahumma aamiin.


Terima kasih sudah baca sampai akhir Good Readers. Barakallahu lii wa lakum. Stay Health and Safe brur-sist fillah. See you on next stories insyaaAllah. Wassalamu’alaykum wr.wb.

Salam,

Nadya

Komentar