Bismillah, Assalamu’alaykum Good Readers. Welcomeback to this site. Semoga brur-sist fillah tetep dalam kondisi terbaik atau segera Allah angkat penyakitnya jika kurang sehat.
Well,
seperti yang dijanjikan pekan lalu, kali ini kita akan bahas tentang satu-satunya
isteri Rasulullah yang memberikan beliau keturunan setelah Sayyidah Khadijah. Beliau
merupakan foreigner. Berasal dari negeri Nabi Musa a.s dan Nabi Yusuf a.s
setelah hijrah. Yap, betul tebakannya, beliau asli dari Tanah Nil, negeri Mesir.
Beliau
adalah Sayyidah Maria anak dari Syama’un yang berkebangsaan Mesir dan dari ibu
yang menganut agama Masehi Romawi. Sayyidah Maria lahir di Desa Hufn, Ansina
dan bersuku Koptik atau Qibti. Sebelum berislam beliau beragama seperti
mayoritas agama yang dianut oleh penduduk Mesir ketika itu, yaitu Kristen
Koptik.
Dulu
saat SMA Saya pernah baca buku tentang beliau. Judulnya Elegi Cinta Maria. Nah disini
diceritakan latar belakang, kehidupan sebelum bertemu Rasulullah saw, saat
beliau tinggal di Istana Raja Mesir yang disebut Muqauqis,
dikelilingi kemewahan dan kemudahan hidup.
Yang
Saya ingat dari buku tersebut, dari sisi fisik beliau sangat cantik, termasuk
perempuan yang pintar dan kebanggan Muqauqis. Bisa dibilang anak kesayangan
Muqauqis. Beliau senang memainkan alat musik dan beliau termasuk unggulan di
antara pemusik yang dimiliki oleh raja ketika itu.
Ketika
Islam sudah mulai berekspansi, tepatnya beberapa tahun setelah pembebasan
Makkah (Fathul Makkah) Rasulullah mulai mengirim delegasi beliau ke luar negeri
untuk menyeru pemimpin negara tersebut untuk menjawab seruan Rasulullah dan
berislam.
Beragam
tanggapan diterima oleh delegasi muslim. Ada yang dibunuh, disobek suratnya,
diusir, diremehkan dan ada juga yang menerima seruan Rasulullah lalu berislam
seperti Raja Najasy, ada yang membenarkan kerisalahan beliau dan kepo banget
tentang beliau lalu banyak tanya dan akhirnya berkesimpulan bahwa memang
beliaulah yang sudah di janjikan dan nanti ada satu orang pemimpin setelah
beliau yang sangat adil dan akan menaklukan negaranya, yaitu Romawi.
Menarik
banget ya si pemimpin Romawi ini. Dia sudah tau tentang kerasulan Rasulullah. Dia
mengakui dan sangat kenal banget. Bahkan sudah tau kalau nanti Romawi akan di
kalahkan oleh seorang pemimpin yang sangat adil dan itu benar terjadi saat kepemimpinan
Khulafaur-Rasyidin, Umar Al-Khathab ra. namun sedemikian tahunya dia, hidayah
tidak menyelimuti hatinya dan dia tidak menerima seruan Rasulullah saw, justru
mendeklarasikan perang.
Untuk
Muqauqis sendiri lebih menarik. Beliau menerima dengan hangat utusan Rasulullah
saw yang jatuh kepada Hatib Bin Abi Balta’ah. Beliau juga sudah mengetahui
kerasulan Rasulullah saw dan kemuliaan sifatnya. Di buku yang saya baca, memang
Muqauqis membenarkan Kerasulan Rasulullah, dan secara sembunyi-sembunyi
menerima Islam. Namun terhambat dan takut dengan keluarganya yang menganut agama
Kriten Koptik dengan kuat. Sehingga menyembunyikan keislamannya.
Ada juga
yang mengatakan bahwa dalam surat balasan yang dikirim oleh Muqauqis, dengan
jelas beliau menolak keislaman yang ditawarkan rasulullah karena beliau mengira
nabi terakhir berasal dari Syam. Namun ternayata dari Jazirah Arab, sehingga
masyarakatnya tidak mau menerima. Namun demikian muqauqis tetap membenarkan
kerisalahan Rasulullah saw. Sehingga Muqauqis memberikan banyak hadiah yang
benar-benar beliau sukai.
Mulai
dari dua orang pegawai istana yang terbaik, yaitu Maria dan saudarinya Shirin,
perhiasan, pakaian mewah khas Mesir dan binatang seperti kuda dan domba. Ini semua
diserahkan kepada Hatib dan dibawa pulang menuju Madinah.
Sayyidah
Maria dan saudarinya saat itu belum berhijab. Setelah sampai di Madinah, Hathib
menghadap Rasulullah saw dan menyerahkan titipan Muqauqis. Kemudian Rasulullah
saw mengetahui kebaikan dan kelurusan hati Sayyidah Maria. Rasulullah mengambil
Maria untuk dirinya, memerdekakannya, mengerudungi beliau, lalu menikahinya. Sedangkan
saudarinya diislamkan juga dan dinikahkan kepada sahabat Rasulullah saw. Adapun
harta benda lain, dibagikan kepada penduduk Madinah dari kalangan sahabat.
Terkait
dengan status ke-isteri-an Sayyidah Maria sebenernya ada perbedaan pendapat. Pendapat
pertama menyatakan kalau beliau awalnya hamba sahaya, kemudian dimerdekakan dan
dinikahi oleh Rasulullah saw dan sepenuhnya merdeka setelah melahirkan Ibrahim,
anak dari Rasulullah saw. Namun statusnya selir. Pendapat kedua menyatakan
bahwa beliau adalah isteri dari Rasulullah, seperti isteri-isteri beliau
lainnya. Namun tidak ada perbedaan pendapat dalam pemberian gelar kehormatan. Beliau
tetap seorang Ummul Mu’minin (Ibunya Orang-orang beriman).
Ketika
mengetahui bahwa Rasulullah saw menikahi perempuan Mesir, maka banyak respon
cemburu datang dari Ummahatul Mu’minin. Sehingga Rasulullah yang menghargai
isteri-isterinya tidak merumahkan Sayyidah Maria di komplek Ummahatul Mu’minin
di sebelah Masjid Nabawi. Namun di awal pernikahan, beliau memberi tempat
tinggal Sayyidah Maria di rumah Haritsah bin Nu’man yang tidak jauh dari
masjid. Setelah penaklukan Bani Nadhir, Sayyidah Maria di beri tempat tinggal
di rumah sederhana yang dikelilingi oleh kebun anggur dan jaraknya cukup jauh
dari Madinah. Kurang lebih mencapai 3 mil. Pemindahan tempat tinggal tersebut
juga berkaitan dengan kecemburuan Ummahatul Mu’minin.
Secara
frontal Sayyidah Aisyah pernah menyampaikan kesedihannya karena Rasulullah
sejak menikahi Sayyidah Maria sangat jarang mengunjunginya. Karena beliau
selalu mengunjungi Sayyidah Maria. Pun beliau bilang kalau memang cemburu kepada
Sayyidah Maria. Di buku yang saya baca dulu, kadang Sayyidah Aisyah datang ke
kediaman Sayyidah Maria lalu dari kejauhan melihat-lihat, kemudian pulang lagi.
Meski
sering saling cemburu, tapi Ummahatul Mu’minin masih pada koridornya. Masih sangat
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kalau hampir kelewat batas, Rasulullah menegur
langsung atau mendiamkan agar bisa self-introspection.
Sayyidah
Maria pernah terlibat konflik dengan Sayyidah Hafsah, dan konflik ini cukup
pelik. Awalnya Sayyidah Hafsah itu di hari gilirannya bersama Rasulullah
meminta izin kepada Rasulullah untuk pergi ke rumah Bapaknya (Umar Al-Khathab)
untuk suatu keperluan. Rasulullah saw mengizinkan. Jadilah Rasulullah sendirian
di rumah Sayyidah Hafshah. Kemudian Rasulullah mengajak Sayyidah Maria ke Rumah
Sayyidah Hafshah untuk menemani Rasulullah. Ternyata Sayyidah Hafshah perginya
ngga lama.
Ketika
pulang, beliau melihat Rasulullah ditemani Sayyidah Maria. Marah dan cemburu
lah Sayyidah Hafshah. Kalau kata Ummi Makki “Ya Rasulullah, kau membawa
perempuan lain ke rumahku, di kamarku dan di hari giliranku”. Begitu gambarannya.
Rasulullah
yang menjaga perasaan Sayyidah Hafshah langsung menenangkan beliau dan
mengharamkan Sayyidah Maria atas diri beliau (seperti dicerai gitu). Lalu Sayyidah
Hafshah yang masih cemburu, curhatlah kepada Sayyidah Aisyah, padahal
Rasulullah yang ketika itu sudah mengharamkan Sayyidah Maria memberi syarat
jangan memberi tahu siapa-siapa. Akhirnya Sayyidah Hafshah yang melanggar
syarat menuai marahnya Rasulullah saw dan Rasulullah men-talak Sayyidah
Hafshah.
Segera
setelah peristiwa pentalakan, Malaikat Jibril turun dan memberi tahu agar
Rasulullah merujuk Sayyidah Hafshah karena beliau termasuk isterinya di surga. Allah
juga menegur Rasulullah saw atas pengharaman Sayyidah Maria, padahal Allah
telah menghalalkannya (See QS. Tahrim:1). Terkait surat pertama
At-Tahrim, ini bisa terkait pengharaman Sayyidah Maria, bisa juga karena Madu
yang Rasulullah haramkan atas diri beliau.
Nah jadi
gitu, wajar ya sifat cemburu. Tapi seperti yang Saya sudah bilang
sebelum-sebelumnya. Lihat hikmah di balik “tragedi” tersebut. Banyak hal yang
kita bisa jadikan pelajaran. Pertama sikap Rasulullah. Beliau mentoleransi dan
menjaga perasaan isteri-isterinya. Lalu memindahkan Sayyidah Maria ke tempat
lain yang lebih jauh, bahkan sempat berjanji pisah sama Sayyidah Maria karena
menjaga perasaan Sayyidah Hafshah. Meskipun mengabaikan perasaannya sendiri.
Padahal
kalau Rasulullah saw tidak sedemikannya juga tidak apa-apa. Karena Allah ridha
terhadap pernikahan beliau dengan Sayyidah Maria. Pun yang dibawa kerumah
Sayyidah Hafshah bukanlah yang haram bagi Rasulullah, namun isteri beliau.
Kita
juga jadi tahu meski kekasih Allah tapi Rasulullah tetap ditegur. Allah pernah
beberapa kali menegur Rasulullah, yaitu dengan peristiwa ini dan karena Abdullah
Bin Ummi Maktum. Kemudian kita bisa juga belajar dari kesabaran dan keikhlasan
Sayyidah Maria.
Kebayang
ngga tuh jauh dari keluarga, dipindah-pindah, hampir pisah sama Rasulullah,
asing di negeri baru, dicemburuin perempuan lain. tapi tidak protes dan
mendereng gitu. Ya apa yang Rasulullah ingin lakukan silahkan. Maa syaa Allah,
memangkan taraf keimanan dan kesalihannya beda wkwk. Nerima dan patuh sama apa
yang Allah syariatkan atau Rasulullah perintahkan.
Sayyidah
Maria merefleksikan dan kondisi beliau dengan Sayyidah Hajar yang menurut
beliau mirip keadaannya sama Beliau. Sama-sama dari Mesir, lalu tinggal sama
Sayyidah Sarah, menikahlah sama Nabi Ibrahim as. Ketika mengandung Nabi Ismail
as. dibawa pergi ke negeri nun jauh, juga belum ada peradaban. Namun Sayyidah
Hajar sabar karena itu perintah Allah. Sehingga kisah ini menguatkan Sayyidah
Maria banget.
Sampe
akhirnya Allah mengaruniai janin ke rahim Sayyidah Maria. Rasulullah seneng
banget. Kehamilan Sayyidah Maria menjadi pengobat hati Rasulullah. Pun sama
halnya dengan Sayyidah Maria. Beliau seneng banget. Sangat dijaga kandungannya.
Hingga akhirnya beliau melahirkan anak yang sehat dan mirip seperti Bapaknya.
Namun
cobaan tidak berhenti. Orang munafik menghembuskan fitnah keji bahwa anak yang
dikandung Sayyidah Maria itu bukan anak Rasulullah, melainkan anak dari Hamba
Sahayanya yang sama-sama ikut dari Mesir. Hingga Ali Bin Abi Thalib menghunus
pedang dan mengklarifikasi kebenaran berita tersebut. Dengan bersumpah dia
menyebutkan tidak berzina dengan Sayyidah Maria, pun ketika di Mesir Raja telah
mengebirinya. Hingga jelas lah kesucian Sayyidah Maria.
Namun
hati Rasulullah saw baru tenang ketika Malaikat Jibril datang kepadanya dan
memberikan salam “Assalamu’alayka Ya Aba Ibrahim” (Salam sejahtera
bagimu wahai Bapaknya Ibrahim). –Waa ikut excited denger salam ini.
Maasyaa Allah –. Rasulullah mengakikahkan Ibrahim sepekan setelah
kelahirannya dengan dua ekor domba dan sedekah perak seberat rambut Ibrahim
yang dicukur.
Setelah
kelahiran Ibrahim, Rasulullah lebih sering mengunjungi Sayyidah Maria untuk
melihat senyum Ibrahim. Beliau sangat mengasihi Ibrahim dan mengagumi
kemiripannya dengan beliau. Pernah Rasulullah membawanya kepada Sayyidah Aisyah
dan menunjukkan betapa miripnya Ibrahim dengan beliau. Namun (mungkin) karena
cemburu Sayyidah Aisyah sih bilangnya mah ngga mirip. Haha.
Allah
kembali menguji Rasulullah dan Sayyidah Maria. Saat usia Ibrahim kurang lebih
19 bulan, Ibrahim sakit keras hingga akhirnya membawa beliau pada kematian.
Sayyidah Maria dan Rasulullah sangat bersedih. Sahabat yang melihat Rasulullah
sangat sedih dan berlinang air mata bertanya, boleh gitu nangisin orang
meninggal Ya Rasulullah ? Rasulullah tidak melarang, karena sedih dan
kehilangan itu sangat manusiawi. Namun dengan tidak berlebihan, meratap atau
teriak-teriak.
Rasulullah
saw mengurus sendiri jenazah Ibrahim dan memakamkannya di Baqi’. Sayyidah Maria
sangat terpukul. Hari-harinya menjadi sangat sepi tanpa Ibrahim.
Ketika
Ibrahim dikebumikan, terjadi gerhana matahari. Banyak yang bilang gerhana matahari
itu karena kematian Ibrahim atau Ibrahim meninggal karena gerhana matahari. Mengklarifikasi
perkataan orang-orang agar mereka tidak terjatuh lagi dalam ketersesatan,
Rasulullah bersabda:
“Wahai
manusia, sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda-tanda kekuasaan Allah
swt dan mereka ditakdirkan oleh Allah tidak akan menangis (terjadi gerhana)
atas kematian siapapun dan tidak karena hidupnya seseorang. Apabila kalian
melihat kejadian gerhana, maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah.” (HR.
Bukhari 1:228)
Lima
tahun sejak kepergian Ibrahim, Rasulullah meninggal dunia. Semakin lengkap
kesedihan Sayyidah Maria. Di buku yang pernah saya baca, sepeninggal Rasulullah
saw Sayyidah Maria hanya memfokuskan dirinya beribadah kepada Allah. Jarang memperhatikan
dirinya lagi, tidak ingat makan dan kurang istirahat. Beliau banyak berpuasa
dan bermunajat kepada Allah. Hingga akhirnya beliau jatuh sakit. Saudarinya
Shirin sering mengunjunginya dan mengurusinya. Namun Sayyidah Maria justru
bahagia dalam sakitnya karena tahu bahwa beliau tak lama lagi akan menyusul
Ibrahim dan Bapaknya. Pada kepemimpinan Umar Al-Khathab ra. tahun 16 Hijriah Sayyidah
Maria meninggal dunia dan dishalatkan oleh Umar ra. Beliau dimakamkan di Baqi’.
Maasyaa
Allah banget ya kisahnya Sayyidah Maria. Dari kehidupan mewah di kerajaan,
bersama apa-apa yang beliau sukai, terbaik di antara perempuan-perempuan Mesir,
namun rela menjadi hadiah Muqauqis kepada Rasulullah. Karena memang Muqauqis
hanya memberikan yang terbaik kepada Rasulullah saw.
Dari
Sayyidah Maria kita bisa belajar sabar, optimis dan teguh beragama meski jauh
dari keluarga, dicemburui, bahkan difitnah keji. Namun ketika Allah menggantikannya
dengan yang lebih baik maka beliau menerima dengan ikhlas, asal Allah dan
Rasul-Nya ridho terhadap beliau.
Tabarakallah.
Semoga dari kisah Sayyidah Maria kita bisa mengambil dan mencontohi yang baik
ya. Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Yang menggerakkan hati pasti
datangnya dari Allah. Adapun yang kurang atau perlu koreksi pasti dari Saya
Pribadi. Sampai ketemu di cerita selanjutnya. Wassalamu’alaykum wr.wb.
Salam,
Nadya
Komentar
Posting Komentar