Zainab Binti Khuzaimah

Bismillah, Assalamu’alaykum wr. wb. Good Readers.

Semoga teman solih-soliha fillah selalu dalam keadaan sehat, tenang hati dan pikiran. Kita doakan negeri tercinta ini agar dapat bangkit dari cobaan yang menimpa. Kita doakan juga saudara-saudara sebangsa kita yang sedang tertimpa musibah di berbagai penjuru Indonesia. Semoga Allah lapangkan hatinya, Allah gugurkan dosanya dan Allah terima Amal solihnya. Allahumma aamiin.


Kali ini kita masuk ke kehidupan penuh kedamaian dan keberkahan dari Umi kita, Ummul Mu’minin (Ibunya Orang-orang beriman) yang sangat gemar berbagi. Sangat menyayangi anak yatim dan fakir miskin. Bahkan di saat Islam belum menerangi gulita kejahiliyahaan manusia, Umi kita yang satu ini sudah menyandang gelar sebagai Ibunya Orang-orang miskin.


Beliau adalah Zainab binti Khuzaimah. Istri dari Orang yang paling mulia dan terjaga dari dosa. Sayyidah Zainab lahir kurang lebih 13 tahun sebelum kenabian. Secara nasab atau garis keturunan, Sayyidah Zainab merupakan puteri dari Khuzaimah bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Sha’sha’ah bin Hilaliyah. Ibu Sayyidah Zainab adalah Hind binti Auf bin Zuhair bin Al-Harits. Sayyidah Zainab merupakan saudari seibu dari salah seorang Ummul Mu’minin lain, yaitu Sayyidah Maimunah binti Al-Harits. Next ada sesinya kita bahas beliau, ya! 😉


Keluarga sayyidah Zainab dipenuhi dengan orang-orang yang sangat Allah cintai. Di sebutkan bahwa Hind bin Auf, Ibu dari Sayyidah Zainab dan Sayyidah Maimunah merupakan orang yang sangat beruntung karena memiliki menantu seperti Rasulullah saw dan ahlul baitnya, yaitu Al-Abbas bin Abdul Muthallib, Hamzah bin Abdul Muthallib, Ja’far bin Abu Thallib, Ali bin Abu Thallib, Abu Bakar dan Syaddad bin Usamah.


Yuk kita mulai bedah fakta dan keunggulan Sayyidah Zainab binti Khuzaimah!


Pernah Menikah Sebelum Bersama Rasulullah dan Termasuk Orang yang Awal Memeluk Islam

Sebelum menikah dengan Rasulullah saw Sayyidah Zainab pernah menikah dengan laki-laki solih. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan kisah rumah tangga Sayyidah Zainab. Namun yang lebih kuat mengatakan bahwa Sayyidah Zainab sebelumnya menikah dengan Thufail bin Harits. Akan tetapi rumah tangganya tidak berlangsung lama, kemudian beliau menikah lagi dengan Abdullah bin Jahsy.


Abdullah bin Jahsy adalah sahabat Rasulullah yang mulia dan saudara dari salah seorang Ummul Mu’minin yang memiliki nama sama dengan umi kita, yaitu Zainab binti Jahsy. Abdullah bin Jahsy dan Zainab binti Khuzaimah sudah menyelami nikmatnya iman dari masa awal datangnya islam. Namun Abdullah bin Jahsy menjemput syahidnya pada perang Uhud tahun 3 Hijriah.


Sepeninggal Abdullah bin Jahsy, Sayyidah Zainab ragu akan ada laki-laki lain sebaik dan se-solih suaminya itu. Namun setelah berakhir masa iddah Sayyidah Zainab, sebuah pinangan menghampiri beliau. Pinangan tersebut datang dari orang yang ternyata jauh lebih solih, jauh lebih baik dari mendiang suamnya, yaitu Rasulullah saw.


Sayyidah Zainab tentunya sangat tahu kemuliaan yang ada pada diri Rasulullah saw. Kecintaan beliau kepada Allah dan Rasul-Nya membuat beliau menerima pinangan tersebut dan menjadi Ummul Mu’minin. Rasulullah saw meminang Sayyidah Zainab dengan mahar 400 dirham.


Ummul Masakin, Penaung Anak Yatim, Sangat Dermawan dan Gemar Berinfak

Sebelum cahaya Islam dan risalah penutup yang dijanjikan menyelimuti bumi Makkah, Sayyidah Zainab sudah dijuluki sebagai Ummul Masakin atau Ibunya orang-orang miskin. Hal ini dikarenakan beliau memiliki kepedulian yang sangat besar kepada anak yatim dan fakir miskin.


Sayyidah Zainab menjadi tempat bernaung dan selalu merasa memiliki tanggung jawab besar untuk membantu orang-orang yang kekurangan. Beliau sangat gemar berinfak dengan harta yang beliau punya. Sedikit tidak menjadi halangan baginya. Apapun yang beliau miliki tak segan beliau bagi.


Sehingga masyarakat Makkah melihat dengan jelas bagaimana kedermawanan diri dan kebaikan hati Sayyidah Zainab. Tidak ada yang menyangsikan tentang hal ini. Setelah menikah dengan Rasulullah saw, Sayyidah Zainab tak henti menyaksikan bagaimana sikap dan akhlak Rasulullah saw terhadap orang-orang miskin yang juga beliau cintai.


Adanya uswah atau panutan langsung di depan mata yang ternyata kasih sayang dan kecintaan terhadap orang-orang lemah sangat jauh lebih besar darinya, kemudian dengan banyaknya ayat-ayat yang Allah turunkan beserta keutamaan bagi orang-orang yang senang menginfakkan hartanya di jalan Allah, memotivasi Sayyidah Zainab lebih dan lebih lagi untuk berbagi kepada orang yang beliau sayangi.


Istri Rasulullah saw yang Pertama Meninggal di Madinah

Sayyidah Zainab binti Khuzaimah merupakan Istri Rasulullah saw yang pertama meninggal di Madinah, setelah kepergian Sayyidah Khadijah Al-Kubra di Makkah. Kurang lebih beberapa bulan setelah menikah dengan Rasulullah saw Sayyidah Zainab kembali keharibaan Ilahi. Kepergian Sayyidah Zainab membuat hati Rasulullah sedih dan mengingat kepergian Sayyidah Khadijah.


Diriwayatkan bahwa Sayyidah Zainab sangat fokus beribadah kepada Allah dan berusaha menyenangkan hati Rasulullah saw serta fakir miskin semasa hidupnya. Sehingga beliau tidak terlibat banyak kecemburuan dan persaingan antar-isteri Rasulullah lainnya. Sayyidah Zainab juga tidak meriwayatkan hadits Rasulullah saw. Beliau dimakamkan di Baqi’ bersama ahlul bait Rasulullah, sahabat dan para Syuhada.


MaasyaaAllah, Semoga Kasih Sayang Allah selalu terlimpah pada Sayyidah Zainab binti Khuzaimah, seorang muslimah tangguh penaung kaum lemah. Semoga Allah memberikan balasan dengan naungan yang jauh lebih baik berkali-kali lipat.


Dari beliau kita banyak belajar bagaimana seharusnya kita memiliki empati yang tinggi sehingga dapat memahami penderitaan kaum marjinal, kaum lemah dan kaum tertindas. Seorang ahli ibadah, infak dan puasa yang jauh mendahulukan kepentingan orang lain dari dirinya sendiri. Seorang teladan yang langsung meneladani sebaik-baik teladan manusia.


Dari beliau juga kita mengerti hakikat memberi dan berbagi. Tidak menunggu cukup. Tidak menunggu banyak. Apapun yang dimiliki ketika bisa dibagi kenapa tidak. Sangat menarik ya. Dari sini kita bisa mengoreksi makna “mampu”. Karena walau sedikit tapi cukup akan membuat kita mampu. Ketika kita sudah mampu, maka akan lebih mudah untuk membantu. Tabarakallah.


Semoga ada insight yang bisa diambil ya teman solih-soliha fillahku yang baik hatinya. Mudah-mudahan bisa bermanfaat J. Kalau ada kritik, koreksi dan saran sangat dipersilahkan taruh di kolom komentar atau hubungi saya secara personal. 


Al haq min rabbikum fa laa takuu nanna minal mumtarin. Kebenaran itu dari Allah maka janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu. Jazakumullah ahsanal jaza’. see you on other stories sista-brotha fillah. Wassalamu’alaykum wr.wb.


Salam,

Nadya

Komentar