Kali
ini kita masuk ke serinya Ummul Mu’minin yang sangat cantik, punya keahlian
khusus, bekerja untuk memiliki penghasilan dan semuanya disedekahkan. Hmm..
sanggup ? Bayangin dulu. Sebulan banting tulang, pergi gelap pulang gelap,
tanggal muda pas dapet gaji langsung disedekahin. Kurang lebih gitu hobinya Umi
kita yang satu ini. Spesialisasi beliau itu embuat fashion model atau
fashion product dari kulit dan tikar, abis itu dijual dan hasilnya
sedekahin.
Jadi
bekerjanya beliau itu bukan untuk nimbun kekayaan dunia, bukan karena desakan
kebutuhan pribadi saja, tapi sebagai aktualisasi diri, memanfaatkan waktu dan
bermanfaat bagi orang yang membutuhkan rezeki tersebut. Keren ga nih.
Secara
nasab atau garis keturunan, beliau ini masuk ke bangsawannya Makkah, that’s
why kerjanya beliau itu bukan lagi untuk tujuan kekayaan. Udah kaya
brur-sis, hehe. Tapi inget, kaya bukan Cuma dalam harta saja. Bisa juga untuk
hati dan jiwa. Allah memberi rezeki dan melapangkan bagi siapa yang Dia
Kehendaki. Sepakat ya.
Masih
secara nasab, beliau ini salah satu ahlul bait atau keluarga dari
Rasulullah saw loh. Ibunya, Umaimah
adalah anak dari kakek Rasulullah, yang berarti Ibunya Sayyidah Zainab adalah
bibi Rasulullah saw dan Sayyidah Zainab bagi rasulullah termasuk sepupunya. Sekaligus,
sepupu Ali bin Abi Thalib, keponakan Abbas dan Hamzah. MaasyaaAllah.
Ada beberapa
testimoni dari Ummul Mu’minin yang menggambarkan diri dan akhlak maupun
kebaikan Sayyidah Zainab. Diantaranya ini nih:
“Zainab
dikagumi Rasulullah saw. Zainab banyak belajar dari Rasulullah. Zainab adalah
wanita solihah, ahli puasa dan shalat malam” – Ummu Salamah
“Semoga
Allah merahmati Zainab. Di dunia ia meraih kemuliaan puncak yang tak
tertandingi oleh kemuliaan apapun. Allah yang menikahkannya (kepada Zaid bin
Haritsah dan Rasulullah saw), Al-Qur’an membicarakannya dan Rasulullah saw
bersabda kepada kami ‘yang paling cepat menyusulku di antara kalian adalah yang
paling panjang tangannya’ dan dia adalah isteri beliau di surga”- Aisyah binti
Abu Bakar.
Zainab
itu lahir 33 tahun sebelum kenabian, yang berarti selisih 7 tahun sama
Rasulullah saw. beliau lahir di Makkah, ikut hijrah juga bareng bani Jahsy
bareng saudaranya pas Quraisy banyak melakukan penyiksaan di awal masa Islam. Orangnya
cantik banget, golongan bangsawan Quraisy, secara karakter kalem, cepet marah
tapi cepet juga ilangnya π, ahli sedekah, puasa, solat malem dan selalu
terhubung hatinya sama Allah.
Yuk
simak beberapa fakta menarik dari Umi kita, Sayyidah Zainab binti Jahsy...
Menolak
Pinangan Rasulullah untuk Maula-nya, Zaid bin Haritsah
Rasulullah
itu punya anak angkat. Inget pas kita di seri ceritanya Umi kita yang pertama,
Sayyidah Khadijah Al-Kubra ? yang Rasulullah sangat mencintainya dan diapun
mencintai Rasulullah. Sayyidah Khadijahpun mencintainya karena Rasulullah
mencintainya. Terus pas bapak kandungnya menjemput minta dia balik ke kaumnya,
bahkan dia lebih memilih menjadi anak dan Maula (pembantu) dari Rasulullah saw,
yap dialah Zaid bin Haritsah.
Oke,
posisinya anak angkat dan maula (pembantu) kan ya. Beda banget sama zainab yang
dari lahir udah jadi bangsawan Makkah. Tapi Rasulullah atas perintah Allah mau
matahin tradisi jahiliyah sekaligus membawa HAM yang sebenarnya. Eh maksudnya ?
Iya,
pernah denger kalau manusia itu semuanya setara. Sama kedudukannya, kecuali takwa
yang membedakan kedudukannya di sisi Allah. Intinya semua manusia itu sama. Gaada
lagi kelas budak, majikan, strata sosial dan lainnya. Nah ini konsep besar yang
Islam bawa dan Rasulullah ajarkan.
Untuk
membawa konsep ini, rasulullah perlu mempraktikkannya langsung. Akhirnya Allah
memberi petunjuk agar Rasulullah memilih Zainab dan menikahkannya dengan Zaid. Dateng
lah tuh Rasulullullah ke rumah Zainab. Seneng banget Sayyidah Zainab. Apalagi pas
denger kata-kata mau ngelamar. Hehe. Secara gitukan, dilamar Rasulullah, jadi
Ummul Mu’minin. Perempuan mana yang ga mau.
Tapi
ternyata, bukan untuk jadi isteri Rasulullah gais. Lebih tepatnya untuk anak
angkat beliau, Zaid. Seketika Zainab kecewa. Ga mau. Langsung saat itu juga
ditolak wkwk. Rasulullah tetep memaksa. Namun Zainab masih ngasih alesan dan
katanya mau mikir-mikir, mau mempertimbangin dulu. Keukeuh ngga mau gitu.
Sampe akhirnya Allah nurunin Ayat yang bunyinya, ngga patut bagi manusia saat Allah dan Rasulullah sudah memberi ketetapan lalu dia menolak. Karena tau itu Allah yang nyuruh, ga mikir lagi, Sayyidah Zainab menerima Zaid untuk dinikahkan dengannya. MaasyaaAllah. Karena Allah banget ini pilihannya. Menikahlah Zainab dan Zaid.
Bercerai
Setelah Satu Tahun Menikah
Nah,
udah kan Sayyidah Zainab dan Zaid menikah. karena beberapa perbedaan karakter,
tiap hari berantem, marah, ngambek untuk suatu alasan, pokonya ngga adem rumah
tangganya. Akhirnya baru kurang lebih setahun mereka bercerai.
Setiap
kali berantem Zaid curhat sama Rasulullah. Dinasihatin dan intinya Rasul minta
Zaid pertahanin Zainab. Beberapa kali terjadi dan suatu hari Allah mengilhamkan
agar Rasulullah menikahi Zainab. Ngga lama Zaid dateng curhat tuh. Abis berantem
lah dan lainnya. Rasulullah masih sama nasihatnya. “Dah Zaid pertahanin aja
Zainab, sabar dalam berumah tangga.”
Padahal
Rasulullah sudah tau kalau Allah akan menikahkan beliau dengan Zainab. Tapi karena
ngga enakan dan malu, beliau menyembunyikannya. Apa kata orang dan gimana
perasaannya Zaid, yang selama ini curhat abis berantem ke Bapak angkatnya, eh
mau dinikahin oleh beliau kan isterinya Zaid. Makanya ini berat untuk
Rasulullah, padahal perintah Allah.
Padahal
juga memang ngga ada aturan ngga boleh menikahi isteri dari anak angkat. Kan ngga
ada hubungan darah. Allah mau menegaskan dan mau menghapuskan tradisi jahiliyah
ini. Sampe akhirnya turun ayat yang menyingkap rasa “ngga enakan” Rasulullah ke
Zaid.
Namanya
orang-orang yang bertakwa kan, jadi apapun itu selama perintah Allah, pasti di
jalankan. Allah memberi tahu kita bahwa Rasulullah pernah juga ngga enakan
sampe menyembunyikan ayat Allah karena kondisinya seperti ini dan beliau malu. Akhirnya
bercerailah Zainab dan Zaid.
Poin
tambahannya, di dalam Islam diperbolehkan untuk bercerai sebagai jalan keluar. Meski
Allah tidak menyukainya. Tapi daripada sama-sama dzholim atau bahkan saling
mendzholimi dan tujuan utama pernikahan atau keberkahan dari pernikahan itu sendiri
tidak tercapai, jadi ambil pilihan terbaik untuk keduanya. Allah itu paling
tahu makhluknya dan Allah paling adil dalam segala urusan. Tabarakallah.
Zainab
Menikah dengan Mantan Bapak Mertua Angkatnya
Setelah
bercerai dengan Zaid bin Haritsah dan selesai masa iddahnya, Rasulullah menitip
pesan pada Zaid untuk menyampaikan pinangannya pada Zainab. ππ waduh, kalau
ngga beriman yang begini susah ga sih. Karena Allah doang memang.
Dari
penuturan Zaid yang udah tau kalau Zainab adalah kandidat Ummul Mu’minin, saat
mau nyampein pesen Rasulullah itu Zaid udah ngga berani melihat Zainab. Akhirnya
Zaid menyampaikan pesan tersebut dengan membelakangi Zainab. Setelah solat
istikhoroh, Zainab menjawab dan menerima pinangan Rasulullah. Menikahlah Rasulullah
dengan Zainab. Peristiwa ini pastinya jadi bahan cibiran masyarakat pada
masanya. Tapi sekali lagi Allah akan menghapuskan segala tradisi “jahil”
sampai yang “haq” saja yang tersisa.
Zainab
punya kedudukan tersendiri di hati Nabi. Beberapa kali ayat Allah turun
berkenaan dengan Zainab. Salah satunya adalah ayat hijab. Zainab senang bisa
menikah dengan nabi karena kemuliaan dan keutamaan yang ada pada diri beliau.
Zainab juga membanggakan tiga hal dari hubungannya dengan Rasulullah saw yang
tidak dimiliki oleh isteri beliau yang lain, yaitu kakek Sayyidah Zainab dan
kakek Rasulullah saw sama (Abdul Muthalib), Allah menikahkan Rasulullah dan
Sayyidah Zainab di langit dan perantaranya adalah Jibril.
Sayyidah
Zainab juga disukai oleh Sayyidah Aisyah, ketika hadits ifki dan fitnah
yang besar merundung Sayyidah Aisyah, Nabi menguji Sayyidah Zainab dengan
menanyai pendapatnya tentang peristiwa tersebut (tuduhan orang munafik bahwa
Sayyidah Aisyah selingkuh dengan Shafwan, naudzubillah). Sayyidah Zainab
berkata “Aku jaga pendengaran dan pengelihatanku. Demi Allah yang aku ketahui
hanya yang baik-baik”.
MasyaaAllah,
gitu tuh Sistur. Yuk kita contoh bagaimana akhlak dan sikap menjaganya Sayyidah
Zainab. Dari jawaban beliau itu Rasulullah makin kagum sama Zainab, pun Aisyah
jadi “melting” dengernya sampai men-sejajar-kan posisi beliau dengan
Sayyidah Zainab di hati Nabi wkkw padahal tau sendiri kan bagaimana “cemburu”
nya Umi kita yang satu ini. Tapi ada special ticket untuk Sayyidah
Zainab.
Bekerja
untuk Sedekah
Well,
Sayyidah Zainab itu punya special skill gais. Beliau jago menjahit, bisa
mendisain dari bahan kain atau kulit untuk dibuat produk tertentu gitu. Sering dibilang
menyamak kulit dan kain. Ini lebih kaya hobi mungkin ya. Bisa juga dibilang kerjaan
tetapnya Sayyidah Zainab. Kebiasaan beliau ini berlanjut sampai setelah menikah
dengan Rasulullah. Tapi yang membuat jadi luar biasa adalah, hasil dari
penjualan barang-barang yang Sayyidah Zainab produksi itu full disedekahkan.
MaasyaaAllah.
Coba, abis kerja sebulan, lembur, cape, eh abis gajian semuanya disedekahin. Sanggup ? ππ atau abis jualan, modal udah balik, untung lagi tinggi-tingginya nih, terus sedekahin deh. Sanggup ? ππ beginilah kebiasaan kerennnya Sayyidah Zainab. Silahkeun dicontoh, semampunya saja π
Selalu
Siap dengan Kematian, Menyiapkan Sendiri Kafannya dan Menyedekahkannya
Sepeninggal
Rasulullah, pernah pas Ummar ngebagi-bagiin jatah bulanan Isteri-isteri Nabi,
salah satunya ke Sayyidah Zainab, semua dirham yang dikasih (sewadah besar
penuh) semuanya dibagiin ke saudara dan orang miskin. Umar yang tau berita ini
akhirnya ngirim lagi, kali ini dianter sendiri π untuk mastiin. Disebutkan jumlahnya
sampe 1.000 dirham. Tapi tetep aja disedekahin semuanya sama Sayyidah Zainab. Beliau
tidak meninggalkan kekayaan dan harta sedikitpun di dunia.
Karena
beliau tau, dunia sementara, kesenengannya juga fana. Beliau memilih yang
kekal. Beliau tau bahwa sedekah itu kendaraan terbaik dan sebaik-baik bekal
dalam kehidupan. Sampai diceritakan bahwa Sayyidah Zainab adalah orang yang
selalu siap dengan kematian. Beliau senang, karena tahu bahwa kematian itu yang
akan mengantarnya menemui Rabb semesta.
Sayyidah
Zainab meninggal pada tahun 20 Hijriah saat kepemimpinan Khulafatur-Rasyidin
Ummar Al-Khaththab dan dimakamkan di Baqi’.
Beliau
menyimpan sendiri kain kafan yang akan digunakannya kelak. Meski tahu bahwa
Umar akan memberikan kain kafan juga. namun beliau berpesan bahwa salah satu
kain kafannya nanti disedekahkan saja. Pun dengan kain sarung yang digunakan
untuk menutupi dirinya saat jenazah beliau sudah dikebumikan. Itu juga
disedekahkan. Maasyaa Allah.
Banyak
sekali ya pelajaran dan hikmah yang bisa kita dapat dari sepenggal kisah Umi
kita yang satu ini. Semoga kita dapat meneladani kebaikan, kesoliha-an dan
kedekatannya dengan Allah, Rabb semesta Alam. Tabarakallah. Rahimahullahu Ta’ala
‘anha.
Terima
kasih sudah membaca sampai akhir Good Readers. Kalau ada koreksi, kritik
dan saran boleh banget disampaikan di kolom komentar atau chat personal.
Semoga Allah selalu menjaga kita ya, stay safe and health. See you on
the next series dear π
Wassalamu’alaykum wr.wb.
Salam,
Nadya
Komentar
Posting Komentar