Bismillah, Assalamu’alaykum wr.wb,
Salam
sejahtera, Salam kebaikan, Hai Good
Readers!
Ketemu
lagi di pekan ini..
Yap,
sesuai janji saya sebelumnya, sekaligus realisasi rencana tahun 2017 yang
tertunda. Eh emang janji paan sih ? Oke, gini, jadi dulu saya pernah punya
suatu rencana untuk secara rutin buat tulisan tentang Ibunya orang-orang Mu’min
(Ummahatul Mu’minin) dan sahabat-sahabat perempuannya Nabi terakhir kita, yaitu
Rasulullah saw secara khusus.
Big plan nya insyaaAllah saya akan bedah
kisah-kisah muslimah inspiratif dari negara yang digambarkan sebagai negara Gemah Ripah Loh Jinawi “Tentram dan Makmur
serta Subur Tanahnya”, atau kita kenal Indonesia. Negara tercinta kita. Ga
berlebihan dong ya kalau dibilang Indonesia adalah negara yang Baldatun thoyyibatun, semoga bisa dan
pantas ditambahin wa Robbun Ghofuur
nya jugaa hehe, Allahumma aamiin. Tungguin series
kisahnya ya pokonya!
Oks,
sebagai prologue, kisah Ummahatul Mu’minin
ini akan berjumlah 11 cerita, kemudian
insyaaAllah dilanjut dengan kisah-kisah Sahabiyah Rasulillah lainnya,
yang meski bukan isteri beliau tapi punya tempat istimewa di sisi Allah, maupun
di hati Rasulullah. Nanti akan ada juga pembahasan kisah muslimah pejuang
keren-keren dari indonesia.
Kenapa
sih mesti perempuan bahasannya. Pertama, sebagai penguatan khususnya untuk
sahabat-sahabat perempuanku tercinta di luar sana, seikatan agama, seikatan
tanah tercinta dan lebih dari itu semua. Ternyata perempuan juga bisa.
Perempuan juga mulia dengan fitrahnya dan ternyata, perempuan juga bisa loh
berkarya. Ringan ? tidak. mudah ? tidak ? kecil ? tentu tidak.
Peran
perempuan sangat besar. Ada satu profesi mulia yang secara otomatis akan
dimiliki oleh seorang perempuan, yaitu pencetak generasi emas, generasi
penerus, generasi potensial dari dirinya sendiri. Coba perhatikan tiga kata ini
“Ibu Rumah Tangga”. Ga keren ? kalau yang tadi “Pencetak generasi emas ?” keren
kan ? jadi sebenernya Ibu Rumah Tangga itu keren, hanya mengalami diskredit dan
penyempitan makna saja.
Jika
kalian hanya berpikir bahwa Ibu Rumah Tangga tidak jauh dengan sandingan
“dapur, sumur, kasur” berarti penyakit penyempitan makna sudah menjangkiti.
Tinggal, jangan membandingkan dan menganggap apa-apa yang perempuan lakukan
tidak berarti. Yang dapat saya rekomendasikan adalah jangan memaksa untuk
memilih profesi. “Mau jadi ibu rumah
tangga atau mau jadi perempuan karir ?” Memangnya kenapa kalau jadi ibu
rumah tangga yang berkarir. Hehe. Seperti kisah perempuan mulia yang satu ini.
Beliau full time mom, full time wife, tapi juga bisa jadi enterpreneur, bisa berwirausaha
multinasional. Jadi pengusaha berskala internasional loh, tidak hanya di dalam
negerinya sendiri.
Yes,
let’s start. bismillah, kita memasuki hidup yang penuh berkah dari seorang
perempuan yang tercatat kebaikan dan keagungannya dalam sejarah peradaban. Ath-Thahirah atau Perempuan Suci adalah
julukan beliau di masa jahiliyah atau Pra-Islam.
Bayangkan, sebelum masa-masa pencerahan, dimana hak asasi dan kemuliaan
perempuan belum diperhatkan saja perempuan ini sudah diakui kesuciannya. Dialah
Khadijah putri dari Khuwailid. Berikut merupakan fakta menarik tentang
kehidupan, romantika percintaan dan kesolihan bunda kita, Khadijah.
Penyabet Banyak Gelar Pertama dalam Islam
Khadijah
lahir di Makkah, Arab Saudi 15 tahun sebelum tahun Gajah. Seperti yang ditulis
sebelumnya, di masa Pra-Islam Khadijah dianugerahi julukan Ath-Thahirah atau Perempuan Suci. Di dalam Islam, saat bersama
Rasulullah Khadijah menyabet semua gelar perempuan pertama dalam setiap
kategori.
Beliau
adalah perempuan pertama yang dinikahi Rasulullah, beliau adalah perempuan
pertama yang memberikan keturunan bagi Rasulullah, beliau adalah perempuan
pertama yang menerima Islam dan sholat bersama Rasulullah, beliau juga adalah
salah satu perempuan yang dijamin surga dan mendapat salam langsung dari Allah
serta Jibril.
Wah
bisa terbayang bagaimana senangnya ? ibaratnya, kamu dinafkahi seumur hidup,
dibaiki, diurusi dan sampai sekarang belum pernah bertemu. Meski Dia
Maha Mengenal, belum tentu kamu bisa langsung dapat salam seperti itu. Tapi
tidak dengan Khadijah. Allah sangat sayang pada Khadijah. Sehingga banyak
kenikmatan yang dianugerahkan pada Khadijah.
Kenikmatan
yang diberikan pada Khadijah bukan berarti jaminan hanya kesenangan yang ada
pada hidupnya. Senang, sedih, suka, duka, semua digulirkan Allah dalam hidup Khadijah.
Namun kemuliaan pada Khadijah yang menjadikan semua bumbu kehidupan tersebut
dapat diracik dan disajikan dalam satu hidangan yang hanya ada dua kata
tersimpul untuknya, yaitu “kenikmatan
iman”.
Khadijah Tertarik pada Sosok Pemuda
Jujur-Terpercaya
Telah
menjadi fitrah bahwa laki-laki tertarik pada perempuan, begitu juga perempuan
tertarik pada laki-laki. Dua kutub berbeda akan saling tarik-menarik. Selatan menarik
Utara sebagaimana Utara menarik Selatan. Konsep ini tidak hanya berlaku pada
manusia, binatang sekalipun mengerti fitrahnya, maka muliakanlah diri kita,
manusia, agar tidak lebih rendah daripada binatang.
Rasa
penasaran dan kriteria idaman Khadijah muncul setelah dirinya sudah menjanda
dua kali, tatkala mimpi rumahnya didatangi mentari dan seluruh sudutnya
disinari. Tidak mengerti takwilnya, Khadijah bercerita kepada saudaranya,
Waraqah bin Naufal yang merupakan pengikut Ibrahim yang lurus. Mengerti apa
yang dialami saudaranya, Waraqah memberi tahu bahwa mimpinya adalah sinyal
bahwa Khadijah akan menjadi orang yang membersamai sang utusan.
Waraqah
menyampaikan ciri-ciri Nabi terakhir yang dijanjikan sebagaimana tertera dalam suhuf yang selalu ia baca. Binar mata Khadijah
menjadi sempurna, tekatnya kuat, tidak ada yang lain lagi di hatinya selain
mimpi indah yang telah singgah. Banyak laki-laki yang ingin meminang Khadijah,
namun telah terhujam bahwa ia akan melabuhkan hatinya pada seseorang yang telah
dijanjikan.
Sampai
suatu saat datang kabar kepadanya bahwa ada seorang pemuda mulia akhlaknya,
sangat jujur dan dijuluki Sang Terpercaya. Khadijah yang berbisnis dan akan melaksankan
Event rutin untuk menjalankan
usahanya ke luar negeri, seperti Damaskus dan Syiria tertarik. Khadijah
merekrut Muhammad muda. Diserahkan usahanya kepada Muhammad untuk di jalankan.
Ini bukan kali pertama Khadijah mendelegasikan usahanya tersebut kepada pemuda
Quraisy. Muhammad muda pun menjalankan amanat Khadijah dan berbisnis di luar
negeri ditemani Asisten laki-laki Khadijah yang bernama Maysaroh.
Ternyata
semua produk laris dan dengan keuntungan fantastis. Tidak sampai disitu,
Muhammad saw merancang strategi dan memutar keuntungan tersebut, mengolahnya
kembali menjadi modal usaha yang dijalankan di dalam negeri seusai perjalanan
bisnisnya ke luar negeri. Sekali dayung dua pulau terlampaui, keuntungan
fantastis tersebut berlipat ganda. Khadijah yang melakukan audit atas
perdagangannya berdecak kagum, tidak pernah sebelumnya didapati pemuda yang
dapat melakukan hal demikian.
Maesaroh
juga menceritakan beberapa sifat-sifat Muhammad pada Khadijah, hingga Khadijah
merasa bahwa terdapat kecocokan antara Muhammad dengan takwil mimpi yang ia
dapat dari Waraqah. Khadijah semakin tertarik.
Dear Ladies, sampai disini adalah bagian yang sangat menarik loh. See, khadijah tertarik pada sifat, karakter dan diri Muhammad, lalu apa yang dilakukan ?
Khadijah
menyampaikan ketertarikannya. TAPI BUKAN KEPADA MUHAMMAD
Khadijah
menceritakan kecenderungan hatinya kepada saudaranya yang ia anggap dapat
membantunya, menjaga rahasianya dan kehormatan diri Khadijah, yaitu Nafisah
binti Munabbih yang sekaligus masih memiliki hubungan kerabat dengan Muhammad
saw. kecenderungan inipun Khadijah sampaikan untuk tujuan mulia, bahwa dirinya
sudah bertekad menjadi pendamping sang utusan dalam jalinan mahligai rumah
tangga.
Jadi,
poinnya, menyampaikan ketertarikan tidak langsung ke laki-laki yang disuka dan
tujuannya bukan untuk hubungan tak jelas, melainkan pernikahan.
Nafisah paham maksud hati Khadijah. Dengan cara yang elegan, Nafisah mendatangi dan bertanya pada Muhammad yang kala itu tak kunjung menikah. “Jika ada seorang Perempuan, baik, cantik, kaya dan terhormat apa kau akan menikah ?” tanya Nafisah. “Siapa dia ?” sambut Muhammad. “Khadijah” timpal Nafisah. Muhammad saw yang mengetahui kemuliaan Khadijah juga tertarik hingga akhirnya Muhammad saw menyampaikan keinginan hatinya untuk bersanding dengan Khadijah kepada pamannya, yaitu Abu Thalib. Pamannya melamarkan Khadijah untuknya lalu menikahkannya.
So, wajar kok suka sama laki-laki,
fitrah bro-sis, kamu perempuan tapi mau menyatakan duluan ? tidak apa-apa,
tapiii plis jangan ke orangnya langsung. Apalagi niatnya hanya untuk hubungan
tak jelas. Kalau mau menjaga agar rasa itu tidak ternoda dan karena Allah
landasannya, tidak apa, sampaikan saja, tapi ke walimu yang dapat meneruskan
niatan bersanding dengannya dengan cara terhormat.
Karena
untuk apa menjaga diri namun akhirnya diruntuhkan sendiri ? tapi sebelumnya
siap-siap dulu ya, hehe. Pesan seorang guru, kalau yakin bahwa hati ini sudah
memilih, siapkan kondisi terburuk andaikata tidak diterima. Bukan berarti kita
tidak soliha, namun perkara menikah adalah tentang kecocokan jiwa. Jadi saat
bukan dirinya, jangan sampai kapok dan memutuskan menutup diri dan tidak mau
memulai lagi. Hehe, prepare ajaa untuk kemungkinan terburuk tapi kalau memang
jodoh, pasti jadi juga. banyakin doa dan usaha. minta sama Dia yang
membolak-balikkan hati, ya... semangat!
Rasulullah Tidak Menikah Sebelum dengan
Khadijah dan Khadijah Tidak Dimadu
Kita
tahu bahwa terdapat beda usia yang dapat dikatakan tidak kecil antara Khadijah
dan Rasulullah. Lima belas tahun, Rasulullah berusia 25 tahun saat menikahi
Khadijah, sedangkan Khadijah telah menginjak usia 40 tahun.
Rasulullah
saw bukan yang pertama bagi Khadijah. Sebelumnya Khadijah menikah dua kali
dengan Laki-Laki Quraisy, namun suami pertamanya meninggal setelah Khadijah
dikaruniai anak dan pernikahannya yang kedua juga tidak berlangsung lama.
Berbeda dengan Khadijah, bagi Rasulullah saw Khadijah adalah Perempuan pertama
yang sangat spesial. Rasulullah tidak pernah menikah sebelumnya, pun ketika
bersama Khadijah, selama 25 tahun usia pernikahan, Rasulullah tidak pernah
menikah selain dengan Khadijah, hingga maut yang memisahkan mereka berdua.
Khadijah
mencukupi semua ruang di hati Rasulullah, Khadijah melayani semua yang
Rasulullah butuhkan, Khadijah mencintai yang Rasulullah cintai, Khadijah tidak
segan memberikan harta dan jiwanya untuk Allah, untuk Islam dan membantu
perjuangan Rasulullah saw.
Tahukah
mengapa Allah menjadikan Khadijah sebagai pendamping Rasulullah ketika masa
Awal Islam, di saat pondasi Islam harus dikokohkan, saat pasak Diinullah harus
dipancangkan dengan tegak dan saat atap-atap keimanan harus ditinggikan ? tidak
lain karena Khadijah memiliki kemampuan dan sangat layak atasnya.
Khadijah
perempuan yang sangat pandai, secara keturunan tidak memiliki cela,
beridealisme tinggi, memiliki kecenderungan taat beragama dan tidak suka
terhadap paganisme maupun politeisme yang kebanyakan dianut oleh masyarakatnya
kala itu, sangat mandiri secara ekonomi, secara kedudukan di masyarakat sangat
terpandang dan dikagumi, tak heran masyarakat menyebutnya Perempuan Suci.
Empat
puluh tahun merupakan usia kematangan, tidak lagi tergesa dalam mengambil
keputusan, pada posisi yang sudah berpengalaman baik dalam emosi, kehidupan
pribadi, rumah tangga, bisnis sampai ranah sosial kemasyarakatan. Kematangan
yang dimiliki Khadijah dan tindak-tanduk yang tidak serampangan inilah yang
kemudian menambah keberkahan Rasulullah. Tidak seperti kebanyakan Perempuan
lain, kemuliaan akhlak dan kalam Khadijah, serta kecintaannya yang sangat besar
pada sang suami tercinta tidak dapat dan sungguh sangat terbatas kata-kata
untuk melukiskannya. Maha benar Allah dan Allah Maha Mengetahui dengan Ilmunya
siapa yang layak dan siapa yang pantas.
Ketika
wahyu pertama turun, kebijaksanaan Khadijah terlihat jelas. Rasulullah memang
sangat berbeda dengan pemuda lain. Sejak kecil telah Allah jaga dari dosa dan beliau
dikenal dengan sebutan orang terpercaya nan jujur dalam setiap tuturnya. Tampak
ciri kerasulan yang telah dijanjikan.
Di
suatu malam yang pada bulan-bulan tertentu Rasulullah sering menyendiri untuk
bertafakkur dan merenung, datanglah Jibril dengan wahyu pertama. Iqra’,
satu kata yang diulang tiga kali hingga mengguncang jiwa Rasulullah.
Dalam keadaan gontai dan menggigil sekujur tubuh Rasulullah menyusuri jalan
pulang dari Gua Hira’ sesampai di rumah dan masih dalam keadaan panik
berselimut kalut Rasulullah mengetuk pintu Khadijah. Khadijah sangat khawatir
sekaligus kaget dengan peristiwa tersebut. Namun di situasi yang seperti ini,
secara spontan Khadijah dapat memahami psikologi Nabi.
Tidak
mengintrogasi atau menyudutkan, Khadijah langsung menenangkan. Menggenggam
lembut tangan Rasulullah dan menyelimutinya. Ditenangkan hati berkecamuk
Rasulullah dengan perkataan “Bergembiralah, karena demi Allah, Allah
tidak akan menghinakanmu selamanya, kau menyambung tali kekeluargaan, jujur
bertutur kata, menanggung beban, membantu orang miskin, menjamu tamu dan
membantu orang kesusahan”.
Khadijah mengingatkan rasulullah pada dirinya yang sejati dan akhlaknya yang tinggi. Sehingga kembali tenanglah hati. Inilah yang harus saya pribadi dan teman-teman ambil hikmah. Mungkin konteksnya tidak hanya pada suami. Namun pada keluarga. Memiliki kepala dingin, dapat menyelesaikan masalah dan tidak mengonfrontir yang justru dapat memperkeruh masalah.
Kebijaksanaan Khadijah menemani perjuangan Rasulullah, ketaatan dan kecintaannya pada kekasih Allah mencukupkan dirinya, keragaman akhlak mulia yang berkumpul jadi satu pada diri Khadijah membuat orang-orang Islam, khususnya muslimah belum membutuhkan sosok lain yang harus diteladani. Hingga kematian menjemput. Tidak ada perempuan lain yang setara dengan Khadijah.
Perempuan-perempuan
lain memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling menyusul. Sehingga salah
satu tujuan dari pernikahan Rasulullah dengan beberapa perempuan setelah
Khadijah selain karena Perintah Allah, adalah agar Umat Islam memiliki sosok
Ibu yang secara karakter merepresentasikan seluruh sifat perempuan yang ada di
dunia dan dengan kelebihan-kekurangannya tersebut mereka tetap dapat taat dan
beriman pada Allah Azza wa Jalla, maka tidak akan ada celah bagi manusia,
perempuan khususnya untuk berhujjah bahwa karakter dirinya tidak memiliki
panutan yang dapat dijadikan contoh dalam beribadah pada Allah.
Satu dari Empat Muslimah Duta Islam
Tidak
hanya menyabet gelar-gelar pertama sebagai perempuan dalam Islam, Allah juga
telah menetapkan Khadijah sebagai salah satu dari empat perempuan Duta Surga
(atau Penghulu Surga).
“Diriwayatkan dari Abu Musa, Nabi saw
bersabda, “Banyak di antara para lelaki yang mencapai kesempurnaan (ada yang
menjadi rasul, nabi, khalifah, wali) dan tidak ada perempuan yang mencapai
kesempurnaan selain Asiah isteri Fir’aun, Maryam binti Imran dan Khadijah binti
Khuwailid...”
“Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, dari
ayahnya, ia berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Ja’far, dari Ali bin Abi
Thalib, dari Nabi saw, beliau bersabda, ‘Perempuan terbaik dunia adalah Maryam
binti Imran, Perempuan terbaik dunia adalah Khadijah’.”
Khadijah
juga merupakan Muslimah Duta Surga yang punya anak juga Duta Surga, bahkan dari
anaknya itu lahir dua pemuda yang juga jadi pemuda Duta Surga. Merekalah
Fatimah Azzahra dan darinya lahir Hasan dan Husein.
Perempuan yang Sangat Dicemburui Aisyah
Aisyah
merupakan perempuan mulia, memiliki banyak keutamaan dan tempat yang tinggi di
sisi Allah pun di hati kekasih Allah, Rasulullah saw. namun sebagaimana
perempuan yang memiliki sifat cemburu, Aisyah sangat cemburu pada Khadijah.
Aisyah tidak pernah bertemu dengan Khadijah, namun Aisyah mengetahui paras
rupawan dan sifat dermawan Khadijah.
Momen
yang membangkitkan kecemburuan Aisyah adalah sikap Rasulullah saw yang tetap
menyimpan tempat tersendiri di hatinya bagi Khadijah. Ketika terdengar ucapan
salam dengan suara yang menyerupai Khadijah, Rasulullah yang sedang merebahkan
dirinya langsung sigap, berdiri dan membuka pintu dengan cepat. Dipikir
Khadijah kembali hidup dari kematian seperti kepergian Musa ke Lembah Thuwa dan
kembali setelah 40 hari. Pintu dibuka, ternyata saudari Khadijah yang bersuara
sangat mirip, Haulah binti Khuwailid.
Aisyah
juga menyampaikan bahwa Rasulullah masih tetap menjaga silaturrahim dengan
sahabat-sahabat Khadijah sepeninggalnya. Membagikan daging dan hadiah kepada
mereka dan sumringah saat membahas atau mengenang kebaikan Khadijah.
Tatkala
‘Aisyah mengatakan sesuatu tentang Khadijah dan membuat Rasulullah sedikit
marah saja, yang terucap dari Rasulullah adalah “Khadijah adalah Perempuan yang
beriman padaku di saat orang-orang ingkar. Khadijah adalah Perempuan yang
percaya padaku di saat semua orang mendustakanku. Khadijah adalah Perempuan
yang memberikanku harta benda di saat semua orang kikir padaku dan dari
Khadijah Allah mengaruniaiku anak”. maasyaaAllah, Tabarakallah.
Salam dari Rabbnya dan Surga yang Terbuat
dari Mutiara Cekung
Di
usia yang sudah mendekati akhirnya, pada masa yang sangat sulit, embargo dan
pemboikotan ekonomi dilakukan Quraisy terhadap keluarga dan klan yang mendukung
Muhammad atas seruannya. Kesabaran Khadijah masih dan kian bertambah. Bisa
dibayangkan bagaimana kalau putri dengan segala kemewahan dan kelebihan
hartanya namun memilih hidup sederhana karena Tuhannya, karena Ummat yang
mengikuti suaminya, lalu ia diperlakukan tidak adil oleh kaumnya hanya karena
berkata Tuhanku Allah, Tuhan yang Tunggal dan tidak ada sekutu atas-Nya ?
kehidupan seperti inilah yang Khadijah pilih bersama dengan Muhammad yang
sangat dikasihi.
Sesaat
Khadijah akan mengantar makanan untuk Rasulullah saw, Jibril datang pada
Rasulullah saw dan memberitahukan bahwa Khadijah sedang dalam perjalanan untuk
mengantar makanan kepada Rasulullah saw. kurang lebih disebutkan begini dalam
hadits.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia
berkata, “Jibril datang kepada Rasulullah saw lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah,
Khadijah akan datang membawa wadah berisi makanan, atau lauk, atau minuman.
Jika dia sudah tiba nanti, sampaikan salam Rabbnya kepadanya, juga dariku. Dan
sampaikan kabar gembira kepadanya sebuah rumah di surga dari mutiara cekung, tidak
ada kegaduhan dan keletihan di dalamnya’.”
Khadijah
meninggal dunia di usia ke-65 tahun dan dimakamkan di Baqi’. Tidak lama setelah
Khadijah berpulang, Abu Thalib paman rasulullah menyusul sehingga duka yang
sangat dalam menyelimuti Rasulullah. Tahun duka ini disebut ‘Amul Huzni. Allah menghibur kepedihan
Rasulullah dengan Isra’ Mi’raj dari Masjid Al-Haram di Makkah ke Masjid
Al-Aqsha di Palestina dalam satu malam menggunakan Buraq. Tabarakallah
Tidak
henti saya terkagum dengan kisah Sayyidatuna Khadijah Al-Kubra, keridhoan Allah
kepadanya. Ini adalah secuil kisah beliau yang sangat luar biasa. Seorang
teladan dari segala sisi. Semoga kisah beliau dapat memberikan inspirasi,
khususnya bagi muslimah.
Jika kau mengharapkan Muhammad, maka jadilah
Khadijah
Jika kau mengharapkan Khadijah, maka jadilah
Muhammad
Sekian pertemuan kita kali ini, terima kasih sudah membaca sampai habis. Kekurangan dan kemiskinan gaya dan pembahasaan adalah murni kekurangan saya, semoga saya dapat terus belajar dan memperkaya diri dengan ilmu-ilmu pengetahuan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat, insyaaAllah. "Kebenaran itu (adalah) dari Tuhanmu, janganlah sekali-kali kalian termasuk orang-orang yang ragu..." (QS. Al-Baqarah: 147).
Komentar
Posting Komentar